Dia dan Enam-Nya …
… إِنَّ رَبَّكُمُ اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa … ” (Surat Al A’raf ayat 54 dan Surat Yunus ayat 3). [Sumber]
“And on the seventh day God ended his work which he had made; and he rested on the seventh day from all his work which he had made.” [Sumber]
“Dan pada hari ketujuh Tuhan menghentikan proses penciptaan yang dilakukan-Nya; dan Dia pun beristirahat pada hari ketujuh tersebut” (Genesis 2: sebagai penerus detail penciptaan alam semesta yang termuat dalam Genesis 1)
[sedikit ada perubahan (pengurangan) dalam penerjemahan ... semoga tidak mengubah makna]
Setelah tercipta alam semesta Sanghyang Widhi Wasa kemudian menciptakan isinya.
…
Proses penciptaan manusia adalah sari-sari dari Panca Maha Bhuta dan Sad Rasa yaitu zat dengan enam jenis rasa, manis, pahit, asin, asam, pedas, sepat. Unsur-unsur ini terpadu dengan unsur-unsur lain yaitu Cita. Budi. Ahangkara. Dasendria. Panca Tanmatra dan Panca Maha Bhuta.
(maaf kurang tahu dari kitab suci bagian mana) [Sumber]
Saya rasa rekan-rekan sudah paham kalau ketiga bagian di atas merupakan “perwakilan” dari tiga (empat?) agama yang berbeda, yaitu Islam, Kristen (dan Protestan?) dan Hindu (maaf jika ada kesalahan penyebutan). Kenapa saya mengutip ketiga hal menarik di atas? Dari dua kutipan awal dari Al Qur’an dan Bible, semuanya menyiratkan tentang proses penciptaan alam semesta. Sedangkan pada kutipan terakhir (dari agama Hindu), sedikit banyak memiliki persamaan dengan dua kutipan sebelumnya … yaitu tentang proses penciptaan. Tetapi pada kutipan terakhir secara spesifik membahas tentang proses penciptaan manusia (yang tentu saja tidak bisa kita lepaskan dari proses penciptaan alam semesta - dan isinya).
Lalu apa yang menarik dari ketiga kutipan di atas? Dari ketiga kutipan di atas, saya tertarik pada dua kesamaan yang ada, yaitu:
* Menjelaskan (walau secara tersirat) tentang proses penciptaan alam semesta.
* Memuat bilangan ENAM.
[Khusus kutipan kedua mungkin kita tidak menemukan bilangan ENAM (secara tersurat), tetapi dari kalimat " Dan pada hari ketujuh Tuhan menghentikan proses penciptaan yang dilakukan-Nya" maka secara tersirat bisa kita temukan kalau alam semesta ini diciptakan selama enam hari]
Tetapi seperti sudah tersirat dalam judul tulisan saya ini, saat ini saya hanya akan menyoroti kesamaan yang kedua yaitu bilangan ENAM. Kenapa Tuhan menciptakan alam semesta (dan seisinya) dalam waktu enam hari (masa)? Lalu kenapa Tuhan menciptakan manusia dari enam rasa? Hehehe … jujur saja kalau pertanyaannya seperti itu, saya benar-benar tidak bisa menjawab. Saya (mungkin kita) tidak akan pernah (benar-benar) tahu alasan dan tujuan segala hal yang “dilakukan” Tuhan.
Lalu kenapa saya begitu menyoroti bilangan ENAM? Ternyata bilangan enam itu merupakan bilangan yang (lumayan) istimewa karena bilangan enam merupakan salah satu anggota himpunan perfect numbers alias bilangan-bilangan (yang ) sempurna. Apa yang dimaksud dengan perfect number(s)? Marilah kita awali perkenalan dengan perfect number ini dengan sedikit mengingat yang namanya faktor alias pembentuk. Bilangan enam bisa dibentuk dari perkalian pasangan-pasangan bilangan berikut: 1 dan 6 serta 2 dan 3 (kita abaikan bilangan negatif). Jadi, faktor dari 6 adalah {1,2,3,6}. OK sekarang mari kita lanjutkan untuk mengenal perfect number(s).
Perfect number(s) adalah bilangan yang jika semua faktor-faktornya (selain dirinya sendiri) dijumlahkan maka akan menghasilkan bilangan itu sendiri.
Contoh:
* 6:
6 –> Faktor: {1,2,3,6} sehingga faktor enam selain dirinya sendiri adalah {1,2,3} 1+2+3 = 6 –> 6 adalah perfect number
* 28:
28 –> Faktor: {1,2,4,7,14,28} sehingga faktor 28 selain dirinya sendiri adalah {1,2,4,7,14} 1+2+4+7+14 = 28 –> 28 adalah perfect number
Nah, sudah tahu keistimewaan enam kan? Ya ternyata bilangan enam bukanlah sembarang bilangan, bilangan enam merupakan salah satu bilangan yang sempurna. Ya .. Sang Maha Sempurna telah menciptakan alam yang sempurna (untuk ukuran makhluk) dalam waktu yang sempurna (untuk ukuran makhluk) juga.
Dan … yakinlah bahwa di setiap firman Tuhan pasti terkandung berjuta ilmu … jika kita mau membuka pintu pikir kita sebagai penyeimbang pintu dzikir. Dan marilah kita isi kesempurnaan ciptaan Sang Maha Sempurna ini dengan sesempurna yang bisa kita lakukan sebagai seorang hamba.
Copas dari notes teman FB mama